Hubungan
Interpersonal
Model
Pertukaran Sosial:
Teori pertukaran sosial adalah salah
satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang
lain, kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan
keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu. Setelah seseorang menentukan
keseimbangannya, ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki
hubungan atau tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain
tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya. Paling tidak ada 3 hal yang kita
pertukarkan, yaitu : Ganjaran, Pengorbanan, Keuntungan.
Analisis
Transaksional:
Salah satu pendekatan psychotherapy
yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional (AT) dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Pembentukan
Kesan dan Ketertarikan Interpersonal Dalam Memiliki Hubungan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Menurut Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau,
1983; Berscheid & Reis 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang
dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi
atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan
memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna
dengan orang-orang lain membuat individu kesepian, kurang berharga, putus asa,
tak berdaya dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial Arthur Aron menyatakan
bahwa motivasi utama manusia adalah “Ekspresi Diri (self expression)”. Penyebab
ketertarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam
hubungan yang erat meliputi:
·
Aspek
kedekatan
·
Kesamaan
·
Kesukaan
timbal balik
·
Ketertarikan
fisik dan kesukaan
Model
Peran, Konflik dan Adequancy Peran Serta Autentitas Dalam Hubungan Peran
Model
Peran
Model peran mendukung suatu situasi
belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada
situasi “disini pada saat ini”. Model peran memungkinkan para peserta didik
untuk mengungkapkan persaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada
orang lain. Model peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke
taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Model peran
berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi berupa sikap, nilai,
perasaan dan sistem keyakinan.
Konflik
Merupakan adanya pertentangan yang
timbul didalam seseorang (intern) dengan orang lain (ekstern) yang ada
disekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan, atau
munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih.
Adequancy
Peran dan Autentitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan
pada seseorang yang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal maupun informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam
suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri
ataupun orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Kebutuhan intimasi merupakan suatu
kebutuhan akan hubungan dengan orang lain dan merupakan kebutuhan terdalam pada
diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti
merasa dihargai, diperhatikan, saling bertukar pendapat keinginan untuk selalu
berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga terjalin
keterikatan yang semakin kuat dan erat.
Faktor
penyebab intimasi:
·
Keluasan
: seberapa banyak aktifitas yang dilakukan bersama.
·
Keterbukaan
: adanya saling keterbukaan diri.
·
Kedalaman
: saling berbagi.
Bentuk-bentuk
hubungan intimasi:
·
Persaudaraan
·
Persahabatan
·
Percintaan
CINTA
DAN PERKAWINAN
Memilih pasangan
Sebelum membentuk sebuah rumah tangga dalam pernikahan,
sebaiknya kita harus memilih pasangan dulu. Memiliki kriteria untuk pasangan
itu penting. Tapi jangan jadikan hal ini untuk membuat Anda menjadi pemilih. Karenanya
itu akan membuat Anda susah sendiri untuk mendapatkan pasangan. Bila ingin
memiliki pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu
didunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu
itu ada harganya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Tuhan
telah memasangka manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka
masing-masing. Manusia yang baik berpasangan dengan yang baik pula, begitu juga
dengan sebaliknya.
Hubungan dalam perkawinan
ketika pasangan suami-istri memasuki kehidupan
perkawinan, tidak mungkin proses mengenal dan memahami berhenti begitu saja. Ada
5 tahapan perkembangan dalam kehidupan perkawinan
·
Tahap Pertama : Romantic
Pasangan
suami-istri merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi disaat bulan
madu pernikahan. Pasangan akan selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam
situasi romantis dan penuh cinta.
·
Tahap Kedua : Dissapointment or Distress
Pasangan
suami-istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada
pasangannya.
·
Tahap Ketiga : Knowladge and Awareness
Pasangan
suami-istri akan berusaha untuk saling mengerti dan menghindari terjadinya
konflik.
·
Tahap Keempat : Transformation
Pasangan
suami-istri akan mengalami perubahan dikarenakan sudah mendapatkan cara dari
pihak lain tentang kebahagian rumah tangga.
·
Tahap Kelima : Real Love
Pasanga
suami-istri akan saling memberi dan menerima keadaan pasangannya. Cinta, kasih
sayang, saling memahami, saling memberi, saling mengisi dan melengkapi setiap
tahapnya. Ditahap ini tidak ada lagi saling menyalahkan dan egois.
Penyesuaian dan pertumbuhan
dalam perkawinan
Perkawinan
tidak berate mengikat pasangan sepenuhnya. Dua orang ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam perkawinan, banyak terkaitnya dengan relasi baru sebagai kesatuan serta
terbentuknya hubungan antara keluarga suami dan keluarga istri.
Relasi yang
diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi
karena adanya perbedaan kebiasaan suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri, dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pada pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Perceraian dan perkawinan
kembali
Banyak
pasangan suami-istri yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah
berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan sudah tidak ingin melanjutkan
kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta kepada pemerintah untuk
dipisahkan.
Faktor penyebab perceraian
yaitu:
·
Ketidak harmonisan dalam rumah tangga
·
Krisis moral dan akhlak
·
Adanya masalah dalam perkawinan
·
Pernikahan tanpa cinta
·
Perzinahan
Alternative selain pernikahan
Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan menitikarir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa. Tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya banyak
pria dan wanita yang memilih untuk tetap hidup melajang. Alasan yang paling
sering dilakukan oleh para single yaitu tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi
jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan. Jika hendak pergi, tidak
perlu meminta izin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas
kesekian, sedangkan karir lebih mendapatkan prioritas pertama. Dengan hidup
melayang, mereka bisa lebih berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaan. Sehingga promosi
dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia
untuk bekerja lembur dan tugas keluar kota dalam jangka waktu yang lama,
dibandingkan dengan karyawan yang telah menikah.
Melajang adalah sebuah pilihan
dan bukan paksaan, selama pelajang itu menikamati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seseorang
yang telah cocok dihatinya.
PEKERJAAN
DAN WAKTU LUANG
Pekerjaan
Karakteristik pribadi saya, saya orang
yang berusaha cepat untuk menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan yang diberikan.
Saat mood saya baik, semua pekerjaan saya akan terlaksana dengan baik. Namun
jika tidak, maka akan mempengaruhi pekerjaan saya sendiri. karakteristik
pekerjaan yang cocok menurut saya yaitu tidak terlalu berat dan tidak memakan
waktu yang lama untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Misalnya berkonseling
atau bertukar cerita kepada orang lain.
Waktu
Luang
Saya menggunakan waktu luang dengan
bersantai dirumah, atau bermain bersama keluarga ataupun teman. Disaat keluarga
saya mempunyai waktu luang dan saya juga, maka kami akan pergi bersama untuk
lebih mengakrabkan diri dan bersosialisasi dengan alam terbuka. Misalnya pergi
ke Mall hanya untuk makan siang bersama atau berbelanja bersama.
Sumber:
- Hall, S Calvin, Lindzey, Gardner. (2009). Teori-teori Psikodinamika. Yogyakarta:Kanisius
- Waite, L.J. & Gallagher, M. (2003). Selamat menempuh hidup baru: Manfaat perkawinan dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.
- Lubis, Yati Utoyo. (2002). Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik. Makalah seminar.