Ophi

Ophi

Jumat, 20 Mei 2016

Penyesuaian Diri Dan Pertumbuhan

A.   Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
1.     Penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya, sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis,  (Kartono, 2002).
Penyesuaian diri tidak bisa disebut baik ataupun buruk. Maka dapat didefinisikan dengan sangat sederhana yaitu, suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan tuntutan batin dengan tuntutan dunia.
Konsep penyesuaian diri yang sehat adalah mereka yang berespon baik yakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan orang lain, lingkungan, dan dengan tanggung jawabnya. Mereka yang sehat memiliki ciri khas dalam penyesuaian diri yang baik walau mereka terkadang memiliki kekurangan atau kelemahan, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan psikosomatik lainnya. Individu sehat dalam penyesuaian diri memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional yang tepat pada situasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan.
2.     Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Dimana manusia dikatakan individu apabila tingkah lakunya spesifik yang menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku seperti orang lain. Jadi individu merupakan seorang manusia yang tidak hanya memiliki peran yang khas dalam lingkup sosial maupun mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak langsung terbentuk melainkan melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dengan proses yang panjang.
          Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran keluasan, dan kedalaman. Menurut Carl Roger menyebutkan ada 3 aspek yang memfasilitaskan pertumbuhan personal dalam suatu hubungan yaitu, (1) keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan, (2) menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, (3) keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
a.     Penekanan Pertumbuhan, Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dan konstitusi fisik yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan jadi petumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
b.     Variasi dalam pertumbuhan
Hal yang menyebabkan terjadinya variasi dalam pertumbuhan yaitu karena tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian dirinya. Karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidah berhasilnya dilakukan penyesuaian diri tersebut. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya ataupun dari luar dirinya sendiri.
c.      Kondisi-kondisi untuk tumbuh
 Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai diposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan  sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang paling penting bagi proses penyesuaian diri.
d.     Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang di persepsi dan interpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.

Sumber
Semium, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta:Kanisius
Kartini, Kartono. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Rineka Cipta
Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung:Pusaka Setia

B.   Stress
1.     Pengertian Stress
Stress dalam arti umum adalah perasaan tertekan, cemas, dan tegang. Dalam bahasa sehari-hari stress dapat dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Stress juga merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
2.     Efek-efek dari stress
a.     Gejala fisiologis
Stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan nafas, menaikan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
b.     Gejala psikologis
Stress yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stress. Namun, stress juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, contohnya: ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.

c.      Gejala perilaku
Stress yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.

3.     Faktor-faktor penyebab stress
a.     Faktor Sosial
Stress kemunculannya secara bersamaan dalam situasi tertentu, misalnya: dengan siapa kita hidup atau tinggal, seberapa lama kita mengalami stress tersebut.
b.     Faktor Individual
Karakteristik kepribadian individual seperti pemarah, ambisius, dan agresif. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stress seperti berfikir. Bagaimana seseorang menerima atau mempersepsikan peristiwa yang potensial memunulkan strees. Serta toleransi terhadap stress tergantung pada kondisi keseatan dan tingakat kecemasannya.

4.     Tipe-tipe strees
a.     Tekanan : suatu beban yang dirasakan oleh seseorang. Tekanan bisa timbul dari luar individu. Contoh tekanan timbul dari luar yaitu paksaan dari orang tua untuk masuk kuliah yang tidak kita inginkan.
b.     Frustasi : suatu kegagalan dalam mencapai suatu hal atau tujuan yang diinginkan.
c.      Konflik : suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
d.     Kecemasan : emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda.

5.     Ceritakan apakah kalian pernah mengalami stress dan bagaimana cara kalian mengatasi stress tersebut.

Saya pernah mengalami stress, sampai saat ini mungkin saya masih sering mengalaminya. Hal yang biasa membuat saya stress hanyalah Peraturan dan Waktu. Peraturan dari keluarga yang menyuruh saya pulang sebelum Maghrib (jam 18.00) terkadang membuat saya stress saat saya lagi berkumpul bersama teman yang keasikan main hingga lupa waktu pulang, ataupun saat kerja kelompok urusan kuliah dan tugas yang dikerjakanpun belum selesai namun sudah sore, saya terkadang merasa tidak enak pada teman-teman namun saya lebih khawatir jika dimarahi orangtua. Hal itu yang membuat saya stress dan saya berusaha mengatasinya dengan berdiam diri dikamar, mendengarkan musik kesukaan saya. Bisa saja saya mengatasi stress saya dengan menangis dikamar hingga tertidur.

Sumber :
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia

Crhistian, M. (2005). Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media