A. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
1. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai
harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya, sehingga permusuhan,
kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak
sesuai dan kurang efisien bisa dikikis, (Kartono,
2002).
Penyesuaian diri tidak bisa disebut baik ataupun
buruk. Maka dapat didefinisikan dengan sangat sederhana yaitu, suatu proses
yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu
berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan,
frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan tuntutan batin dengan
tuntutan dunia.
Konsep penyesuaian diri yang sehat adalah mereka
yang berespon baik yakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
orang lain, lingkungan, dan dengan tanggung jawabnya. Mereka yang sehat
memiliki ciri khas dalam penyesuaian diri yang baik walau mereka terkadang
memiliki kekurangan atau kelemahan, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat
memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa
menggunakan tingkah laku yang simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari
simtom-simtom, seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan psikosomatik
lainnya. Individu sehat dalam penyesuaian diri memiliki kemampuan menghadapi
realitas hidup. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional yang
tepat pada situasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri
merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan terhadap dirinya sendiri
maupun lingkungan.
2. Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Dimana manusia
dikatakan individu apabila tingkah lakunya spesifik yang menggambarkan dirinya
sendiri dan bukan bertingkah laku seperti orang lain. Jadi individu merupakan
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peran yang khas dalam lingkup sosial
maupun mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam
lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak langsung terbentuk
melainkan melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dengan proses yang panjang.
Pertumbuhan adalah proses yang
mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran keluasan, dan kedalaman. Menurut
Carl Roger menyebutkan ada 3 aspek yang memfasilitaskan pertumbuhan personal
dalam suatu hubungan yaitu, (1) keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan
sendiri, atau menyadari kenyataan, (2) menghormati keterpisahan dari orang lain
tanpa kecuali, (3) keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati
terhadap orang lain.
a. Penekanan Pertumbuhan, Penyesuaian Diri dan
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung
secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses transmisi dan konstitusi fisik yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan jadi petumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
b. Variasi dalam pertumbuhan
Hal yang menyebabkan terjadinya variasi dalam
pertumbuhan yaitu karena tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian dirinya. Karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang
menyebabkan tidah berhasilnya dilakukan penyesuaian diri tersebut.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya ataupun dari luar
dirinya sendiri.
c. Kondisi-kondisi untuk tumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai diposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
temperamen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan
sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
paling penting bagi proses penyesuaian diri.
d. Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang di persepsi dan interpretasi secara subyektif. Setiap orang
mengalami dunia dengan caranya sendiri.
Sumber
Semium,
Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta:Kanisius
Kartini,
Kartono. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Rineka Cipta
Fatimah,
N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung:Pusaka Setia
B. Stress
1.
Pengertian Stress
Stress
dalam arti umum adalah perasaan tertekan, cemas, dan tegang. Dalam bahasa
sehari-hari stress dapat dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Stress juga merupakan mekanisme yang
kompleks dan menghasilkan respon yang terkait baik fisiologis, psikologis,
maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut
bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
2.
Efek-efek dari stress
a. Gejala fisiologis
Stress
dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan
tarikan nafas, menaikan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu
serangan jantung.
b. Gejala psikologis
Stress
yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan
pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata
dari stress. Namun, stress juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain,
contohnya: ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka
menunda-nunda pekerjaan.
c. Gejala perilaku
Stress
yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas,
dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola
merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan
ketidakteraturan waktu tidur.
3.
Faktor-faktor penyebab stress
a. Faktor Sosial
Stress
kemunculannya secara bersamaan dalam situasi tertentu, misalnya: dengan siapa
kita hidup atau tinggal, seberapa lama kita mengalami stress tersebut.
b. Faktor Individual
Karakteristik
kepribadian individual seperti pemarah, ambisius, dan agresif. Kemampuan dalam
menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stress seperti berfikir. Bagaimana
seseorang menerima atau mempersepsikan peristiwa yang potensial memunulkan
strees. Serta toleransi terhadap stress tergantung pada kondisi keseatan dan
tingakat kecemasannya.
4.
Tipe-tipe strees
a. Tekanan
: suatu beban yang dirasakan oleh seseorang. Tekanan bisa timbul dari luar individu.
Contoh tekanan timbul dari luar yaitu paksaan dari orang tua untuk masuk kuliah
yang tidak kita inginkan.
b. Frustasi
: suatu kegagalan dalam mencapai suatu hal atau tujuan yang diinginkan.
c. Konflik
: suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
d. Kecemasan
: emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir,
prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang tetapi dengan kadar
dan tingkatan yang berbeda-beda.
5. Ceritakan apakah kalian pernah mengalami stress dan
bagaimana cara kalian mengatasi stress tersebut.
Saya pernah mengalami stress, sampai saat ini
mungkin saya masih sering mengalaminya. Hal yang biasa membuat saya stress
hanyalah Peraturan dan Waktu. Peraturan dari keluarga yang menyuruh saya pulang
sebelum Maghrib (jam 18.00) terkadang membuat saya stress saat saya lagi
berkumpul bersama teman yang keasikan main hingga lupa waktu pulang, ataupun
saat kerja kelompok urusan kuliah dan tugas yang dikerjakanpun belum selesai
namun sudah sore, saya terkadang merasa tidak enak pada teman-teman namun saya
lebih khawatir jika dimarahi orangtua. Hal itu yang membuat saya stress dan
saya berusaha mengatasinya dengan berdiam diri dikamar, mendengarkan musik
kesukaan saya. Bisa saja saya mengatasi stress saya dengan menangis dikamar
hingga tertidur.
Sumber
:
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma
Smet,
Bart. (1994). Psikologi Kesehatan.
Jakarta: Gramedia
Crhistian,
M. (2005). Jinakkan Stress. Bandung: Nexx
Media