Ophi

Ophi

Rabu, 05 November 2014

My Success



Ke Suksesan Ku





 Namaku Toni Julian. Aku terlahir sebagai anak Yatim Piatu. Saat aku berumur 6 tahun, aku diadopsi oleh seorang bapak tua, yang aku panggil Ayah sekarang. Ayah membesarkanku layaknya anak sendiri. Ayah memang bukan orang kaya, tapi Ayah mampu memberikan apa yang aku minta dan aku butuhkan. Namun, saat aku menginjak usia 12 tahun, Ayah jatuh sakit dan butuh banyaj uang untuk perawatan Ayah. Selama ini Ayah bekerja sebagai pemungut sampah. Akupun memutuskan sekolahku dan menggantikan Ayah memungut sampah. Ayah sempat melarang, namun aku tidak bisa tinggal diam melihat Ayah yang tengah sakit keras harus tetap bekerja memungut sampah.


 Saat aku memungut sampah didepan gerbang pintu masuk sekolah yang cukup bagus, ada seorang anak laki-laki seusiaku tengah sibuk melihatku, aku hanya diam dan melanjutkan kembali pekerjaanku. Hampir setiap hari aku memungut disekolah itu, dan hampir setiap hari pula anak laki-laki itu melihatku. Saat aku hendak pulang, anak laki-laki itu menahanku dan memperkenalkan dirinya, namanya Rian. Rian bertanya kepadaku kenapa aku tidak sekolah dan malah bekerja?, akupun menjelaskan apa yang terjadi pada Ayah padanya. Aku selalu kesekolah Rian karna sekolah ini banyak sekali sampah, dan itu membuatku cukup banyak mengahasilkan uang.

 Keesokan harinnya, Rian menungguku didepan gerbang pintu sekolahnya. Akupun menyapa Rian, Rian membalasku dengan senyum dan memberikanku satu plastik besar yang berisi buku pelajaran miliknya. Aku tak bisa menerima buku pemberian Rian, karna aku tak punya waktu untuk belajar. Dari pagi sampai siang, aku harus memungut sampah. Dari sore sampai malam, aku mengamen dengan anak-anak pemungut sampah lainnya.

“Apa kamu tak ingin sukses?”
Aku hanya diam tak menanggapi omongannya.
“Bila kamu ingin sukses, maka Ayahmu akan bangga padamu.”
“Tentu saja aku ingin sukses, tapi sungguh aku tak punya waktu untuk belajar. Dan akupun tak akan bisa mengerti jika hanya membaca.” 
“Aku akan mengajarimu. Berikan saja alamat rumahmu, nanti aku akan kesana.”
“Kenapa kamu ingin mengajariku?”
“Karna aku ingin menjadi Guru.”
“Dan kenapa kamu mau membantuku?”
“Tak ada salahnya membantu teman, bukan? Lagipula, Bunda pernah bilang sesama manusia itu kita harus saling menolong.”
Akupun memberikan alamat rumahku. 
“Baiklah, akhir pekan aku akan datang kerumahmu.”


 Seperti yang dikatakannya, Rian datang kerumahku yang tak jauh dari tempat pembuangan sampah, memang sih lingkungan disini bisa dibilang kurang layak untuk ditempati, namun aku dan Ayah tak punya pilihan lain untuk tinggal, dan Ayah tak pernah mengeluh untuk tinggal ditempat ini, karna bagi Ayah tempat ini adalah tempat penghasil uang baginya. Rian datang bersama kedua orang tuanya dan juga guru private Rian. Aku dan Rian tengah asik diajarkan berbagai mata pelajaran. Aku bersyukur karna aku masih bisa mengikuti pelajaran Rian.


 Selesai belajar, orang tua Rian membawa Ayah kerumah sakit, aku berusaha menolak untuk membawa Ayah kerumah sakit, karna uang yang aku kumpulkan belum cukup untuk membayar pengobatan Ayah. Namun orang tua Rian tetap membawa Ayah dan mereka juga membayar semua kebutuhan rumah sakit Ayah. Aku malu pada Rian dan keluarganya, karna aku belum terlalu lama mengenal Rian, namun mereka sudah sangat baik padaku. Aku tak tahu bagaimana cara membalas budi Rian dan orang tuanya. Sampai akhirnya orang tua Rian hanya ingin aku kembali sekolah dan menjadi anak yang sukses.

 Ayah yang sudah sembuh dari sakitnya kini kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai pemungut sampah, sebenarnya aku melarang Ayah melakukan itu karna aku tak ingin Ayah jatuh sakit lagi. Namun Ayah bersikeras ingin bekerja lagi karna ingin membiayai kuliahku. Ayah juga tak enak dengan orang tua Rian yang selama ini telah membiayai sekolahku hingga SMA.

 Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi pengusaha sukses yang nantinya aku bisa mendirikan sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu agar mereka tetap bisa pintar dan sukses sepertiku. Rian selalu membantuku saat aku terpuruk, dan akupun sebaliknya. Rian sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri, dan orang tua Rian juga sudah menganggapku layaknya anak sendiri.

 Disaat umurku sudah menginjak 32 tahun, aku sudah berhasil meraih kesuksesanku. Ya, aku sekarang sudah menjadi Pengusaha Mobil Mewah, dan aku juga sudah berhasil mendirikan 2 sekolah yang aku janjikan untuk membangunnya dikampung tempat aku dan Ayah tinggal dulu. Sekolah itu cukup membayar Rp 5.000,- per bulannya, dan gaji gurunya dari penghasilan pribadiku sendiri. Rian juga membantu mengajar secara sukarela disekolahku. Ia sangat senang bisa mengajar disana. Sekarang aku merasa bahagia bisa membanggakan Ayah yang sudah ada diSurga sana. Dan aku juga sudah bisa membalas semua kebaikan kedua orang tua Rian.

 Hidup memang penuh dengan lika-liku kehidupan, tapi aku percaya, “Jika kita bersungguh-sungguh, bekerja keras, serta bedoa kepada Allah SWT apapun yang kita inginkan selama itu dalam demi kebaikan, dan juga didukung oleh orang-orang disekitar kita, maka Allah SWT akan mengabulkan doa kita dan menjadikannya kenyataan yang Indah. Serta, kebahagian akan senang tiasa mengahampiri kehidupan kita.”  


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar