Ke Suksesan Ku
Namaku Toni Julian. Aku terlahir sebagai anak Yatim Piatu. Saat
aku berumur 6 tahun, aku diadopsi oleh seorang bapak tua, yang aku panggil Ayah
sekarang. Ayah membesarkanku layaknya anak sendiri. Ayah memang bukan orang
kaya, tapi Ayah mampu memberikan apa yang aku minta dan aku butuhkan. Namun,
saat aku menginjak usia 12 tahun, Ayah jatuh sakit dan butuh banyaj uang untuk
perawatan Ayah. Selama ini Ayah bekerja sebagai pemungut sampah. Akupun
memutuskan sekolahku dan menggantikan Ayah memungut sampah. Ayah sempat
melarang, namun aku tidak bisa tinggal diam melihat Ayah yang tengah sakit
keras harus tetap bekerja memungut sampah.
Saat aku memungut sampah didepan gerbang
pintu masuk sekolah yang cukup bagus, ada seorang anak laki-laki seusiaku
tengah sibuk melihatku, aku hanya diam dan melanjutkan kembali pekerjaanku.
Hampir setiap hari aku memungut disekolah itu, dan hampir setiap hari pula anak
laki-laki itu melihatku. Saat aku hendak pulang, anak laki-laki itu menahanku
dan memperkenalkan dirinya, namanya Rian. Rian bertanya kepadaku kenapa aku
tidak sekolah dan malah bekerja?, akupun menjelaskan apa yang terjadi pada Ayah
padanya. Aku selalu kesekolah Rian karna sekolah ini banyak sekali sampah, dan
itu membuatku cukup banyak mengahasilkan uang.
Keesokan harinnya, Rian menungguku didepan
gerbang pintu sekolahnya. Akupun menyapa Rian, Rian membalasku dengan senyum
dan memberikanku satu plastik besar yang berisi buku pelajaran miliknya. Aku
tak bisa menerima buku pemberian Rian, karna aku tak punya waktu untuk belajar.
Dari pagi sampai siang, aku harus memungut sampah. Dari sore sampai malam, aku
mengamen dengan anak-anak pemungut sampah lainnya.
“Apa kamu tak ingin sukses?”
Aku hanya diam tak menanggapi omongannya.
“Bila kamu ingin sukses, maka Ayahmu akan bangga padamu.”
“Tentu saja aku ingin sukses, tapi sungguh aku tak punya waktu
untuk belajar. Dan akupun tak akan bisa mengerti jika hanya membaca.”
“Aku akan mengajarimu. Berikan saja alamat rumahmu, nanti aku akan
kesana.”
“Kenapa kamu ingin mengajariku?”
“Karna aku ingin menjadi Guru.”
“Dan kenapa kamu mau membantuku?”
“Tak ada salahnya membantu teman, bukan? Lagipula, Bunda pernah
bilang sesama manusia itu kita harus saling menolong.”
Akupun memberikan alamat rumahku.
“Baiklah, akhir pekan aku akan datang kerumahmu.”
Seperti yang dikatakannya, Rian datang
kerumahku yang tak jauh dari tempat pembuangan sampah, memang sih lingkungan
disini bisa dibilang kurang layak untuk ditempati, namun aku dan Ayah tak punya
pilihan lain untuk tinggal, dan Ayah tak pernah mengeluh untuk tinggal ditempat
ini, karna bagi Ayah tempat ini adalah tempat penghasil uang baginya. Rian
datang bersama kedua orang tuanya dan juga guru private Rian. Aku dan Rian tengah asik
diajarkan berbagai mata pelajaran. Aku bersyukur karna aku masih bisa mengikuti
pelajaran Rian.
Selesai belajar, orang tua Rian membawa
Ayah kerumah sakit, aku berusaha menolak untuk membawa Ayah kerumah sakit,
karna uang yang aku kumpulkan belum cukup untuk membayar pengobatan Ayah. Namun
orang tua Rian tetap membawa Ayah dan mereka juga membayar semua kebutuhan
rumah sakit Ayah. Aku malu pada Rian dan keluarganya, karna aku belum terlalu
lama mengenal Rian, namun mereka sudah sangat baik padaku. Aku tak tahu
bagaimana cara membalas budi Rian dan orang tuanya. Sampai akhirnya orang tua
Rian hanya ingin aku kembali sekolah dan menjadi anak yang sukses.
Ayah yang sudah sembuh dari sakitnya kini
kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai pemungut sampah, sebenarnya aku
melarang Ayah melakukan itu karna aku tak ingin Ayah jatuh sakit lagi. Namun
Ayah bersikeras ingin bekerja lagi karna ingin membiayai kuliahku. Ayah juga
tak enak dengan orang tua Rian yang selama ini telah membiayai sekolahku hingga
SMA.
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri
untuk menjadi pengusaha sukses yang nantinya aku bisa mendirikan sekolah untuk
anak-anak yang kurang mampu agar mereka tetap bisa pintar dan sukses sepertiku.
Rian selalu membantuku saat aku terpuruk, dan akupun sebaliknya. Rian sudah aku
anggap sebagai saudaraku sendiri, dan orang tua Rian juga sudah menganggapku
layaknya anak sendiri.
Disaat umurku sudah menginjak 32 tahun,
aku sudah berhasil meraih kesuksesanku. Ya, aku sekarang sudah menjadi
Pengusaha Mobil Mewah, dan aku juga sudah berhasil mendirikan 2 sekolah yang
aku janjikan untuk membangunnya dikampung tempat aku dan Ayah tinggal dulu.
Sekolah itu cukup membayar Rp 5.000,- per bulannya, dan gaji gurunya dari
penghasilan pribadiku sendiri. Rian juga membantu mengajar secara sukarela
disekolahku. Ia sangat senang bisa mengajar disana. Sekarang aku merasa bahagia
bisa membanggakan Ayah yang sudah ada diSurga sana. Dan aku juga sudah bisa membalas
semua kebaikan kedua orang tua Rian.
Hidup memang penuh dengan lika-liku
kehidupan, tapi aku percaya, “Jika kita bersungguh-sungguh, bekerja keras,
serta bedoa kepada Allah SWT apapun yang kita inginkan selama itu dalam demi
kebaikan, dan juga didukung oleh orang-orang disekitar kita, maka Allah SWT
akan mengabulkan doa kita dan menjadikannya kenyataan yang Indah. Serta,
kebahagian akan senang tiasa mengahampiri kehidupan kita.”
THE
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar